Jenius Itu Tidak Ada
SGD adalah kependekan dari Small Group Discusion. Dalam sistem PBL (sebab kuliahku menerapkan sistem PBL/ Problem Based Learning), kegiatan SGD dirasa sangatlah penting. Praktiknya, dalam kelas yang hanya terdiri dari 10-12 mahasiswa plus tutor, berlangsung selama 2 jam dalam sekali pertemuannya dan setiap seminggu dijadwalkan dua kali. Kelas SGD itu khusus untuk mendiskusikan sebuah kasus dimana kegiatan diskusi dipimpin oleh seorang ketua dan dipandu oleh tutor. Peran tutor ini sangat central sebab ia mengarahkan supaya jalannya diskusi tetap pada rel-nya dan tidak melantur terlalu jauh. SGD beda dengan kuliah atau praktikum atau kegiatan Skill lab. Untuk lebih jelasnya tentang SGD dan PBL, bagi yang belum familiar, bisa tanya langsung sama om Google.
Meski hari itu aku meliburkan diri, tapi aku tetap ngotot berangkat ke kampus siapa tahu ada sesuatu yang menyenangkan. Untuk masalah bolos membolos yang terjadi pada kalangan mahasiswa aku membaginya ke dalam 2 golongan besar mahasiswa pembolos kuliah, pertama adalah mereka yang bolosnya tidak bermanfaat, misal aktivitas bolos-nya hanya untuk bersenang-senang selagi jauh dari pengawasan orang tua, bahkan tidak jarang pula mereka lupa akan posisinya sebagai seorang mahasiswa. Sedangkan golongan kedua adalah mereka yang bolos-nya tetap bermanfaat, berada digolongan ini misalnya seorang aktivis kampus atau mereka yang bekerja sambil kuliah oleh karena alasan apapun. Demi tugas keorganisasian atau demi pekerjaannya mereka rela tidak hadir kuliah. Tidak masalah selama mereka bisa membagi waktu secara berimbang antara kegiatan kuliah dan diluar kuliah sesuai porsinya masing-masing. Mayoritas mahasiswa ada digolongan pertama, hanya minoritas saja yang berada dalam golongan ke dua. Agar aku termasuk yang minoritas itu makanya aku tetap berangkat ke kampus. Ini juga semacam caraku untuk menghindari dosa besar supaya tidak dikatakan meninggalkan amanah dari orang tua untuk belajar.
Bagiku berangkat kuliah atau tidak itu bukan soal, asalkan kita tetap belajar. Apa bedanya pembolos ‘golongan pertama’ dengan kita yang rajin masuk kuliah setiap hari tetapi tidak sungguh-sungguh memerhatikan penjelasan dosen sehingga yang kita dapatkan hanyalah nihil ? Atau kita masuk kuliah tujuannya hanya untuk mengisi daftar hadir saja, ya sama-sama ruginya to..! Toh orang tua kita juga berpesan kepada kita itu bukan untuk kuliah kok, tetapi untuk belajar ! aku ulangi yaitu untuk belajar ! sepanjang kita mau belajar mati-matian itu berarti kita telah memenuhi amanah orang tua yang diletakkan diatas pundak kita, sebab belajar itu bisa dimana saja kan? Tidak hanya diruang kuliah.
Sementara aku sendiri juga punya alasan kuat mengapa harus bolos kuliah, agar aku tidak terlalu bergantung kepada guru-guruku, sebab tidak selamanya aku hidup di kampus, ada saatnya nanti aku tidak berada dekat dengan guruku makanya aku berlatih supaya menjadi orang yang bisa belajar mandiri, harapannya memecahkan segala persoalan dengan caraku sendiri, ilmiah banget kan?
Ketika sampai dikampus, ku lihat-lihat papan pengumuman di samping area parkir, alhamdulilah ternyata hari itu ada acara bedah buku barunya prof. Laode yang judulnya “17 islamic golden rules” di perpustakaan pusat. Aku memang telah lama menantikan karya-karya Prof. Laode (bapak rektor) yang baru. Sementara yang membedah adalah mantan rektor UNNES, prof siapa aku lupa namanya. Diposter juga mengatakan bahwa acara dimulai pukul 8.00 wib, sebentar kulihat jam, ternyata beberapa menit lagi acara dimulai. Tanpa menunggu nazarudin mengakui kesalahannya, Akupun segera bergegas kesana. Oya, Gratis pula !!
Hadir juga diacara bedah buku itu tokoh idolaku, beliau adalah seorang yang murah senyum, penuh humor, sangat ramah dan rendah hati. Bapak Prie Gs namanya, “yes…semakin tambah seru aja” batinku. Aku adalah salah satu penggemar tulisan-tulisan kang Prie, menurutku tulisan seorang makhuk yang mirip snoopy ini sangatlah cerdas, berkarakter, lucu, dan menggelitik, kadang-kadang langsung menusuk hati siapa saja yang membacanya, namun aku menikmatinya. Inilah mengapa aku selalu terkagum-kagum setiap membaca tulisan kang prie.
Acara terus berjalan, aku duduk diantara sekian banyak orang yang hadir, dengan konsentrasi tingkat dewa aku benar-benar khusu’ menyimak jalannya acara, kudengarkan setiap ucapan yang keluar dari mulut ketiga narasumber tersebut yang bergantian bicara. Sesekali kang prie membuat humor dan disambut oleh tawa seluruh hadirin, meriah sekali. Waktu terus berjalan, detik berubah jadi menit dan menit berubah jadi jam, tidak terasa aku telah duduk berjam-jam diruangan perpus yang nyaman itu. Percaya atau tidak ditengah acara seolah-olah aku ini sedang mendapatkan wahyu, tapi bukan dari Tuhan. Karena aku bukan nabi. Ini adalah sebuah wahyu yang berasal dari makhluk Tuhan untuk makhluk Tuhan lainnya. Sebenarnya Ia semacam nasihat tetapi bukan nasihat biasa. Aku juga bergetar mendengarnya namun tidak sedahsyat seperti ketika nabi Muhammad menerima risalah pertamanya. Satu persatu Bab dalam buku diatas dikupas habis-habisan. Diantara ke tujuh belas point yang ada, kudengar sebuah ucapan yang menurutku is the best !! “janganlah percaya pada kejeniusan, tapi percayalah pada ketekunan dan kerja keras” kata-kata inilah wahyu yang aku maksud. Bagai suara petir ia menggelegar digendang telingaku!
*****
Prof. Laode menurut ustad yusuf mansur adalah salah satu orang jenius di Indonesia, bukan melebih-lebihkan. Beliau pernah menjadi staff khusus mantan wakil presiden yusuf kalla, dan ketika bumi ini digoncang masalah global warming, PBB berinisiatif mencari suatu solusi diantaranya dengan duduk bersama dengan 40 orang pilihan dari berbagai belahan dunia, 5 diantaranya dari asia, beliau adalah salah satunya. Tapi mengapa Prof laode yang kata orang sangat jenius beliau sendiri malah menyuruh kita untuk tidak percaya pada kejeniusan? Beliau meminta kita supaya percaya pada ethos kerja keras. Akhirnya aku pun membuat suatu kesimpulan bahwa dalam hidup ini aku percaya tiada orang yang bodoh, tetapi aku meyakini di dunia ini terutama sekali di Indonesia banyak sekali orang malas. Ya, yang ada adalah orang malas. Sama sepertiku, aku sendiri juga pemalas dan aku mengakuinya.
Apabila kita berusaha keras dalam belajar, sedikit demi sedikit otak kita akan mengalami perkembangan. Bagaimanakalau otak kita sudah bebal? Intinya jangan pernah menyerah. Semua butuh proses. Bersabar dalam belajar disertai rasa ingin tahu yang besar, insya Allah kita akan dapat memahami Ilmu Allah yang luasnya tiada terkira, bahkan sebodoh apapun orang lain telah mencap diri kita. Ketika aku benar-benar merasakan kesulitan untuk mempelajari sesuatu, pikiran juga sudah buntu karena aku memang berotak bebal, yang aku lakukan adalah segera berdoa kepada Tuhan supaya dimudahkan dalam memahami ilmunya, sebab Tuhan itu mahakuasa dan Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Hasilnya? Lebih baik dibanding ketika aku diam saja. Entah dengan cara apa, Tuhan akan membukakan pintu seluas-luasnya yang ada disekitar otak kita supaya Ilmu yang kita pelajari, tanpa kita sadari dapat lebih mudah masuk dan meresap ke dalam pikiran kita. Coba saja.
Kepada siapapun di dunia ini yang merasa dirinya bodoh atau mungkin merasa otaknya sudah amat bebal, kepada siapa saja yang telah mendapat predikat bodoh dari orang lain, ketahuilah bahwa sebenarnya apa yang kamu cuma ‘merasa’ itu dan yang orang lain katakan, ini semua hanyalah omong kosong belaka. Kita punya segalanya ! Kita punya otak yang sangat luar biasa. Jangan kerdilkan dirimu sendiri dengan pemikiran-pemikiran negatif seperti itu. Sekarang juga, bangunlah dari mimpi burukmu.
Tidak peduli tahun berapakah kita dilahirkan di dunia ini, mari kita teriakkan pada dunia, bahwa kita lahir pada hari ini! Lihatlah masa depan masih terbuka lebar untuk kita semua. Selama tekad kita sudah bulat untuk terus berproses siapa yang sanggup menghalangi evolusi diri kita menuju ke tangga yang lebih tinggi? seandainya nilai mata pelajaranmu disetiap ujian terus saja jeblok, lupakan saja. Persetan dengan yang namanya nilai. Teruslah belajar dengan tujuan memahami Ilmu Allah yang terbentang luas dijagat raya, teruslah berusaha, niscaya ketika ilmu telah memutuskan untuk masuk ke dalam pikiran kita kemudian Ia turun di hati kita maka kita akan merasakan sesuatu berbeda dalam diri ini. Satu proses metamorfosis telah selesai, mari kita menuju pada proses metamorfosis berikutnya. Ketika kita telah menjadi orang berilmu, sesuai janji Allah dunia ini pun akan tunduk dihadapan kita!
Seandainya mulai saat ini, kita mentargetkan harus mengkhatamkan 5 buah buku dalam sebulan, atau berapa saja sesuai kemampuan kita dan buku apa saja tentang bidang yang kita minati. Nanti, 5 tahun lagi akan menjadi seperti apakah diri kita, yang berarti telah membaca serta memahami beraneka ragam ilmu pengetahuan yang terdapat dalam 300 judul buku? (5x 12 x 5 th = 300). Perubahan apakah yang terjadi setelah 5 tahun itu ? Yang jelas, kita akan semakin mendekati level kejeniusan. Inilah yang aku maksud bahwa jenius itu juga butuh proses, bukan datang begitu saja tanpa melalui usaha keras. Adalah bohong besar bila ada orang yang mengatakan tidak pernah belajar tetapi Ia paham akan suatu ilmu. Pasti Ia juga telah belajar dengan keras.
Akhirnya kusimpulkan pula bahwa jenius tidak pernah ada, sebab yang namanya proses akan berlangsung terus menerus selama kita masih hidup. Simpan wasiat ini baik-baik “jangan percaya pada kejeniusan tapi percayalah pada ketekunan dan kerja keras !!”