Ia tersenyum mengingat kejadian yang telah lalu. Banyak kenangan manis coba Ia hadirkan dalam memori yang sudah mulai layu itu. Budi, anak alm. Pak sholihan yang nakalnya setengah mati berkali-kali muncul dalam ingatan. Lesung sesekali nampak dalam pipi Ibu setengah baya yang tengah hanyut dalam lamunan itu. Ia tersenyum. Sebuah senyum kepuasan. Bisa berarti juga senyum kemenangan. Menang karena Ia telah memenuhi harapan mendiang Bapaknya dahulu; yaitu menjadi seorang Guru. Ia telah menang melawan dirinya sendiri.
Ia mencoba menerowong masa lalu lebih jauh lagi. Masih lekat dalam ingatannya meski usianya telah senja; kata-kata Bapaknya dahulu ketika menolak mentah-mentah keinginannya untuk kuliah. Ia masih ingat beberapa hari setelah dinyatakan lulus dari SMP N 04 Bumikarang dengan nilai tertinggi –sekolah menengah terbaik se kabupaten Bumikarang.
“idah, Bapak tidak setuju kau melanjutkan sekolah ke SMA, nak. Mau apa kamu setelah lulus SMA? Mau kuliah dengan biaya dari mana nak?”
“tapi Bapak, pak Eko Kepala Sekolah-ku menyarankan aku melanjutkan ke SMA pak.” kata Idah dengan sedikit protes.
Nampaknya Ia masih bersikukuh agar bisa mewujudkan cita-citanya kuliah di jurusan Ekonomi. Read More